oleh : Dian Suciati
Siswa kelas IX-C
Berada di Cafe ini, aku teringat akan dirimu. Dirimu yang pernah hadir dihidupku, mengukir kenangan indah dalam ingatanku.
4 tahun yang lalu...
Aku baru selesai olahraga, lalu membuka lokerku untuk mengambil seragam gantiku dan menemukan sepucuk amplop abu-abu di dalam lokerku. Aku cuek-cuek saja melihat itu, ku pikir mungkin ini hanya sekedar iseng ulah teman-temanku. Aku menyimpannya disakuku dan berniat untuk membacanya nanti saja, itu pun kalau aku gak lupa.Selesai berganti seragam, aku merapikannya sembari berjalan di koridor menuju kelas dengan keadaan seorang diri.
“Kak Retha! Tunggu sebentar Kak!”
Aku mendengar seorang memanggilku. Dia tepat berdiri di belakangku ketika aku berbalik badan.
“Ehm..... siapa ya?” tanyaku.
Aku memang belum pernah melihatnya sebelumnya, mungkin.
“Chika...Kak, namaku Chika. Kakak satu kelas dengan Kak Aldo bukan?”
Aku merasa aneh ketika dia menanyakan Aldo. Dalam pikiranku untuk apa dia menanyakan Aldo.
“Oh Chika, ehm Aldo? Yang ketua kelas XII IPA I itu kan?” tanyaku memastikan.
“Iya Kak, Chika boleh minta tolong Kak?”
“Boleh...boleh, minta tolong apa?”
“Tolong kasihkan kotak ini ya Kak untuk Kak Aldo. Bilang dari Chika gitu, oh iya Chika adiknya
Kak Aldo kelas X IPS 7. Makasih banyak Kak Retha...dadah...!”
Aku menerima kotak itu dan menjawabnya.
“Oh, oke deh...dadah...!”
Aku melihatnya langsung pergi setelah menyerahkan kotaknya kepadaku.
Oh ya, namaku Aretha Anastasya. Aku sekolah di SMA Garuda Bandung di kelas XII IPA I. Oh iya.... benar kalau Aldo adalah teman sekelasku, sekaligus ketua kelas kami. Aldo Megantara Putra lebih tepatnya. Orang tampan, tegas, cool, dan yang terpenting dia cerdas.
Ah aku sadar sudah berada di depan kelasku. Pandanganku berkeliling mencari keberadaan Aldo yang ternyata sedang duduk dibangku belakangku. Lagi-lagi aku lupa jika dia duduk di belakangku. Uh... dasar Retha pelupa!
“Hai Al! Ini ada titipan dari Chika.” Kataku
Kemudian dia menatapku heran sambil menerima kotak yang aku berikan, maksudnya kotak titipannya Chika. Dia melihat dan memutar-mutar kotak dengan penuh wajah curiga. Ah, mungkin dia takut Chika sedang iseng kepadanya. Aku tertawa melihat tingkahnya Aldo yang lucu.
“Ha..ha..ha..ha..ha..oke aku duluan ya Al” kataku sambil menatapnya
“Oke...makasih banyak Tha!” balasnya kepadaku
Aku pun membalasnya dengan anggukan kepala.
Mulai saat itu, kami menjadi lebih dekat. Terkadang kita juga pergi ke kantin dan perpustakaan bersama. Seminggu telah berlalu, sepulang sekolah aku baru ingat surat yang beramplopkan abu-abu yang kutemukan di loker. Lalu aku mencari surat itu, semua isi dalam tas aku keluarkan, tetapi tak juga aku temukan surat itu. Setelah aku lelah mencarinya, aku duduk sambil istirahat di bangku belajarku dan berniat untuk mendengarkan musik di laptop.
Ketika aku mengangkat laptop yang ada di meja belajarku, ku lihat ada amplop berwarna abu-abu. Ternyata itu amplop yang berisikaan surat yang sedang aku cari. Kaget rasanya, sampai-sampai laptopku mau jatuh ke lantai. Entah kenapa rasanya aku begitu penasaran dengan surat ini, dan ingin rasanya membaca isi suratnya.
Dengan keadaan musik yang sudah menyala, suara musik dan nyanyian yang mengiringiku membaca surat itu. Aku buka pelan-pelan surat itu, dan mulai membacanya. Dan ternyata surat itu berisi puisi. Puisi yang begitu indah syairnya, tanpa aku sadari air mataku menetes ke pipi. Diakhir puisi tidaklah tersebutkan nama yang membuatnya, hanya terdapat inisial AMP.
Dihari berikutnya, aku menemukan lagi surat yang beramplopkan abu-abu di lokerku, dimana aku menemukan surat pertama yang aku temukan. Aku baru mengetahui pengirimnya, ketika Aldo mengajakku ke sebuah tempat yang bisa disebut dengan Cafe. Book an Cafe itulah nama tempatnya. Itu menjadi Cafe favorite ku dan Aldo.
“Kau tahu Al?” kataku
Aku mulai menceritakan semuanya kepada Aldo tentang surat yeng ku temukan di lokerku itu, surat yang beramplopkan abu-abu.
“Aku sering sekali menemukan surat dengan amplop berwarna abu-abu yag didalamnya berisi puisi indah. Aku suka sekali dengan puisinya. Terlebih amplopnya berwarna abu-abu kesukaanku. Tapi sampai saat ini aku belum tahu siapa yang membuatnya, dan tujuannya membuat itu untuk apa. Diakhir puisi hanya terdapat inisial saja.
“Iyakah Tha? Apa inisial namanya?” tanya Aldo menanggapi ceritaku.
“Inisialnya AMP, Al.” Jawabku
Lalu aku teringat sesuatu. Sedangkan Aldo menatapku dengan tajam.
“Bentar deh, bukannya inisial kamu juga AMP ya Al? Itukah kamu Al?” tanyaku dengan heran
Aldo menjawabnya dengan tersenyum lembut kepadaku.
Dan mulai saat itu, Aldo menjadi orang spesial dalam hidupku. Aldo mengungkapkan semua perasaannya kepadaku di Cafe itu. Tentang apa saja yang dia tahu tentangku, pertama kali dia mulai ada rasa kepadaku, dan semuanya. Air mataku menetes mendengar ucapan Aldo.
Dan aku pun mengatakan apa yang ada dalam perasaanku. Aku juga memendam rasa kepada Aldo. Kita memiliki rasa yang sama. Tetapi kami sepakat untuk menjadi sahabat saja. Aku tidak ingin nantinya kita terpisah kalau kita manjalin hubungan pacaran.
Dengan kita tetap bisa bersama-sama itu sudah lebih dari cukup buatku. Dan mulai hari itu, kita selalu bersama-sama. Mulai dari berangkat sekolah, mengerjakan tugas, mengerjakan latihan soal, bersepeda, ke perpustakaan, kita juga sering sharing tentang film yang lagi tranding.
Semua itu berlanjut hingga kami lulus, tapi suatu ketika Aldo berniat kuliah di luar negeri. Aldo bernah bercerita kalau dia akan kuliah di Amerika. Sedangkan aku kuliah di Australia. Dari situ kami terpisah satu sama lainnya.
Kami saling mendukung dan mendoakan, karena bagi kami pendidikan sangatlah penting untuk mencari masa depan. Kami mengikat janji untuk selalu ingat dan bertemu di Cafe favorite kita. Kami sangatlah jarang berkomunikasi karena faktor kesibukan masing-masing. Bisa dihitung dengan jari komunikasi kita, antara 2-4 kali dalam setahun dengan menggunakan surat.
Jadwalku pulang ke rumah lebih dulu dari pada Aldo. Ketika aku pulang, aku sering bolak-balik ke Cafe itu sendirian.
“Retha”
“Kak Retha”
Terdengar suara laki-laki dan perempuan yang mengagil namaku, suara itu membangunkanku dari lamunanku. Hampir saja gelas minumku terjatuh karena aku kaget. Aku menengok ke arah suara tersebut, ternya Aldo dan adiknya Chika lah yang memanggil namaku tadi. Mereka tersenyum lebar kepadaku. Aldo dan Chika lalu mengahmpiriku, dengan berlinang air mata lalu Aldo menghampiriku dan memeluku.
“Inikah kamu Retha?” tanyanya kepadaku
“Iya Al, ini aku Retha,” jawabku
Sungguh tak ku sangka dia kembali padaku, setelah sekian lama ku tunggu, tepat saat aku mengingat kenanganku dengannya, kenangan tentang kita di tempat favorite.
Ya itu kisah tentang kita. Tentang Aldo dan Retha.
“Benar kata orang, selalu berpikir positif membuat semuanya menjadi ringan” (Retha Anastasya)
“Ciptakanlah sebuah kenangan indah akan dirimu dengan seseorang, disitu akan selalu kau kenang dimasa mendatang” (Aldo Megantara Putra)